Rabu, 25 Juni 2014

masalah-masalah pokok perekonomian inggris


MASALAH-MASALAH POKOK  PEREKONOMIAN INGGRIS

Sumber Pendapatan Masyarakat Inggris
Dalam Bidang Manufaktur
          Federasi Sektor Industri Inggris (CBI) mengumumkan bahwa output sektor manufaktur Inggris mengalami penurunan. Berdasarkan data yang dirilis oleh lembaga tersebut diketahui bahwa output sektor manufaktur melemah menjadi -42 poin dari posisi bulan Oktober yang sebesar -31 poin. Penurunan output sektor manufaktur sebenarnya telah diperkirakan oleh banyak pihak seiring masih belum pulihnya perekonomian Inggris.
           Level penurunan tersebut merupakan level penurunan terbesar sejak bulan September 1980. Selain itu, dengan adanya hasil dari survey yang dilakukan oleh CBI tersebut semakin mengantarkan Inggris pada kondisi resesi. Pada beberapa hari yang lalu bahkan Jerman telah resemi memasuki resesi akibat turunnya pertumbuhan ekonomi dalam dua kuartal terakhir.
          Dalam upaya memulihkan perekonomian Inggris, pihak BoE telah memastikan akan kembali memangkas tingkat suku bunga. Berdasarkan hasil rapat internal, yang disertai dengan hasil voting dimana mayoritas anggota rapat setuju akan hal tersebut. BoE sepakat akan memengkas suku bunganya sebesar 150 basis poin.
          Pergerakan pounds saat ini cenderung menguat tipis terhada dollar. Saat ini pounds berada di level 1.5073 dollar. Menurut analisa dari Vibiz Research di Vibiz Consulting, pergerakan pounds diperkirakan akan masih bergerak pada teritori terbatas. Pengaruh mungkin akan datang dari pergerakan dollar yang cenderung melemah. (JP)
        Sektor manufaktur Inggris tergelincir selama empat bulan berturut-turut di Agustus setelah permintaan dari dalam dan luar negeri jatuh, berdasarkan survey, Kondisi ini memicu ekspektasi bahwa ekonomi bergerak menuju resesi.
Chartered Institute of Purchasing and Supply/Markit mengatakan indeks purchasing menagers secara tak terduga naik menjadi 45,9 bulan lalu dibandingkan 44,1 di Juli. analis memperkirakan sebesar 44,0. Angka dibawah 50,0 menunjukkan kontraksi.
Melemahnya sektor pabrikan atau manufaktur terjadi karena buruknya ekonomi dalam negeri dan tingginya tekanan inflasi mengikis keyakinan di level bisnis dan rumah tangga.
        Figur itu walau lebih baik dari perkiraan, masih menunjukkan pelambatan ekonomi   dan memperkuat prediksi bahwa Inggris akan memasuki resesi pertama sejak awal 1990an.
Figur ini menunjukkan produksi banyak perusahaan dipicu oleh pengerjaan order yang telah ada sebelumnya, dibandingkan bisnis baru. sementara indeks produksi naik menjadi 48,7 di Agustus dari 43,2 di Juli.
        Sektor manufaktur UK berkontraksi hampir terbanyak dalam satu dekade di bulan Juli dan harga-harga yang dikenai oleh pabrik-pabrik naik pada laju tercepat sejak 1999, menambah dilemma Bank of England yang sedang berupaya untuk menghindari resesi.
Penurunan lebih besar dari ekspektasi, menjadi 44.3. Indeks yang dikeluarkan CIPS untuk manufaktur jatuh menjadi 44.3 ini, merupakan level terendah sejak Desember 1998, dari 45.9 bulan Juni. Penurunan tajam manufaktur yang semakin dalam setelah laporan minggu ini menunjukkan harga rumah UK jatuh terbanyak sejak 1991 di bulan Juli dan tingkat keyakinan konsumen merosot hingga rekor terendah.
        Pada saat yang sama, beberapa pembuat kebijakan bank sentral berargumen bahwa kenaikan suku bunga akan diperlukan untuk memerangi lajunya inflasi. Ini merupakan laporan ekonomi lain yang mengindikasikan pemerosotan ekonomi belum bisa dikendalikan dan berlanjut menghadapi resesi.

Perusahaan-perusahaan kecil dan mikro
        Sebuah perusahaan asal Inggris, berencana menutup usahanya untuk selamanya. Woolworths, yang memulai usahanya sejak 99 tahun yang lalu, akan menutup seluruh tokonya. 200, atau hampir setengah toko yang dimilikinya sudah ditutup.
Sekitar 27 ribu orang diperkirakan akan kehilangan pekerjaan setelah perusahaan retail tersebut mendaftarkan perlindungan bagi kebangkrutannya, di bulan November.
Ratusan pembeli berkumpul di toko tersebut, Sabtu lalu. Berharap mendapatkan penawaran terakhir dari toko tersebut sebelum tutup.
Perusahaan retail Inggris mempertahankan perusahaan asli AS-nya, yang pada akhirnya tetap ditutup Woolworths di tahun 1997, dengan harapan, pada saat-saat terakhir akan datang pengusaha yang akan membeli perusahaan tersebut.

Pendapatan Nasional atau Tingkat Output Masyarakat Inggris
Pendapatan terbesar Inggris, yang GDPnya tahun 2006 diperkirakan USD1,93 Trillion, diperoleh dari sektor finansial, insurance dan business services, yang kesemuanya berkedudukan di London, sebagai pusat perdagangan dan finansial dunia
Kantor Pusat Statistik Inggris mengumumkan laporan mengenai data harga output produksi naik sebesar 8,9%. Peningkatan ini merupakan level tertinggi sejak tahun 1986 dan mencerminkan bahwa melonjaknya harga output produksi disebabkan oleh naiknya harga bahan baku setelah harga minyak mengalami posisi rekor pada bulan Mei lalu.
Naiknya harga output produksi sebesar 8,9% melebihi ekspektasi para analis yang memperkirakan level harga output akan berkisar menjadi 7,8%.

Sektor Perbankan
Pemerintah Inggris menyatakan akan melakukan injeksi modal kepada 3 bank di Inggris senilai total 35 Milyar Pound atau setara dengan $ 64 Milyar (Rp 630,40 Trilyun). Hal ini sebagai langkah kongkrit pemerintah Inggris dalam mengatasi krisis sektor keuangan di negaranya agar tidak menjalar pada krisis perekonomian.
Ketiga bank tersebut adalah RBS, HBOS dan Llyod. RBS akan diinjeksi modal sebanyak 20 Milyar pound. Sedangkan HBOS dan Llyod masing-masing akan diinjeksi sebesar 6,5 Milyar pound. Selain itu nantinya HBOS dan Lloyds akan dimasukkan dalam program merger guna memperkuat struktur modalnya.
Langkah penyelamatan perbankan yang dilakukan oleh Pemerintah Inggris ini mendapat respon positif di pasar valas. Hal ini terlihat dari mata uang pound yang melakukan rebound atas dolar. Saat ini GBP/USD berada pada level 1.7197 per dolar. Sebelumnya GBP sempat terpuruk di level 1.6789 sebagai dampak adanya risk aversion investor akhir-akhir ini. (CH)

Sektor riil
Badan Nasional Statistik Inggris mengumumkan bahwa data penjualan ritel pada bulan September mengalami penurunan. Berdasarkan data yang dirilis hari ini, penjualan ritel bulan September menurun sebesar 0,4%, sedangkan data tahunan penjualan ritel mengalami peningkatan seebsar 1,8%. Turunnya data penjualan ritel bulanan yang sebesar 0,4% merupakan level penurunan terbesar sejak Februari 2006.
Melemahnya data penjualan ritel bulan lalu sesuai dengan prdiksi yang dilakukan oleh Gubernur Bank of England, Mervyn King yang menyatakan bahwa krisis yang melnda sektor finansial saat ini akan menular kepada sektor riil. Meningkatnya beban produksi dan operasional menyebabkan produktifitas perusahaan mengalami

Perusahaan-perusahaan skala ‘besar’ dan menengah
Perusahaan kini dalam kondisi suram untuk menciptakan ladang pekerjaan anyar agar bisa bangkit dari krisis finansial yang menjepit saat ini.
Chartered Institute of Personnel mengatakan, indeks perekrutan karyawan, berdasarkan lebih dari 700 perusahaan, menyentuh level terendah sejak 2004.
Perusahaan yang hendak merekrut karyawan dan yang hendak memangkas pekerjanya, tidaklah seimbang. Sementara itu, CBI melaporkan adanya pemangkasan yang cukup besar di perusahaan berskala menengah maupun kecil.
Situasi ini seperti mencerminkan suramnya bulan-bulan yang akan datang; seiring dengan permintaan barang-barang yang juga menurun, baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
Russell Griggs dari CBI mengatakan, “Setelah lebih dari setahun pertumbuhan bursa kerja cukup stagnan, sekarang kita menyaksikan SME (small and medium-sized enterprises) memangkas pekerjanya sebagai respons atas melemahnya permintaan lantaran ekonomi global melambat.”
Sejumlah angka membeberkan, bahwa orang-orang yang kehilangan pekerjaan di bulan Oktober menggemuk luar biasa jumlahnya sejak Agustus menjadi sebesar 164.000 orang.
Sebanyak 80% dari perusahaan-perusahaan yang disurvei oleh CIPD percaya bahwa perekonomian di Inggris akan memburuk. Sementara, hanya 1% yang menyatakan ekonomi Inggris akan membaik.

Pengangguran dan Pemanfaatan Tenaga Kerja di Inggris
Publikasi United Nations Human Development Report telah menempat- kan Inggris di nomor 15 dari 17 negara industri dalam tingkat kemiskinan. Insfitute for Fiscal Studies juga melakukan riset yang menunjukkan bahwa antara pertengahan tahun 70-an dan tahun 90-an, jumlah penduduk yang memperoleh pendapatan di bawah 50 % dari rata-rata pendapatan norrnai, meningkat dari tiga juta penduduk menjadi sebelas juta penduduk. Sementara itu, untuk penduduk yang hidup di bawah tingkat kemiskinan tidak mengalami peningkatan hidup sejak tahun 60-an. Dalam waktu beberapa tahun terakhir, kita juga menyaksikan bagaimana ribuan lapangan kerja telah hilang di Inggris, sebagai contoh di Inggris pada tahun 1980 industri manufaktur mempekerjakan tujuh juta buruh, sedangkan di tahun 1998 hanya tersisa sekitar 3,9 juta buruh. Nilai ekspor menurut dari 6,4 % di tahun 1997 menjadi 3,9 % di tahun 1998. Sementara itu industri manufaktur di Inggris sendiri mengalami defisit sebesar 20 juta pound.

Secara umum, perekonomian Inggris bisa dikatakan berada dalam grafik menurun. lndustri di Inggris sudah tidak mempunyai daya saing lagi di pasar dunia. Hal ini disebabkan karena para kapitalis di Inggris sudah tidak tertarik untuk menginvestasikan modal mereka di bidang industri; sebagian besar dari mereka mengirimkan modal mereka ke luar negri. Sementara itu, untuk industri yang tersisa, mereka sudah tidak memberi perhatian yang besar lagi, misalnya untuk biaya training buruh mereka hanya mengeluarkan dana 0,3 % dari pendapatan mereka. Bandingkan angka ini dengan Jepang dan Jerman yang menghabiskan biaya enam kali lebih besar untuk training buruh. Jadi lnggris telah masuk ke dalam era low skill economy, bisa dikatakan bahwa hanya sekitar 35 % buruh di Inggris yang merupakan skil/ed workers dan jumlah anak muda antara 16-25 tahun yang berpendidikan memadai juga hanya mencapai angka 35 %. Di tambah lagi dengan kondisi di mana biaya produksi di Inggris 20 pesen lebih besar dibandingkan biaya produksi di negara Eropa lainnya.

Angka Pengangguran di Inggris Naik
Jumlah masyarakat Inggris yang mengajukan klaim tunjangan pengangguran di November meningkat 75,700 menjadi 1.07 juta, ungkap biro statistik nasional rabu. Hasil tersebut merupakan lonjakan terbesar sejak 1991. Sementara, ekonom memperkirakan kenaikan sebesar 45,000. Laju pengangguran membukukan 3.3%.
Rata-rata kenaikan termasuk bonus menunjukkan kenaikan tahunan sebesar 3.3% dalam tiga tahun hingga October, tidak mengalami perubahan dari periode sebelumnya. Secara bersamaan, kenaikan laju pertumbuhan tahunan tidak termasuk bonus sebesar 3.6%.
Dalam tiga bulan hingga oktober, laju pengangguran berada di level 6%, naik 0.4 persentase poin dari kwartal sebelumnya. Jumlah pengangguran meningkat sebesar 137,000 selama kwartal ini. Jumlah lapangan kerja berada di angka 562,000, turun 49,000 dari kwartal sebelumnya.
Tingkat pengangguran Inggris jatuh untuk 17 bulan berturut-turut hingga berada di area terendah selama 3 dekade terakhir di Februari, ditopang oleh ekspansi ekonomi tahun sebelumnya. Klaim untuk penganggur jatuh sebesar 2,800 dari Januari hingga menjadi 793,500, area terendah semenjak Juni 1975. Para ekonom tadinya mengharapkan penurunan 5,000. Jobless rate tetap berada di 2.5%. Catatan tenaga kerja ini dapat memberikan dukungan terhadap ekonomi seiring tingginya biaya kredit membatasi laju pertumbuhan. BOE telah memangkas suku bunga dua kali semenjak Desember untuk meningkatkan spending seiring ekonomi menuju kinerja terburuk dalam kurun 16 tahun terakhir.

Pekerja dari Perusahaaan Non-Formal dan Formal
Sekitar 600 ribu karyawan di Inggris akan kehilanggan pekerjaannya pada 2009 mendatang, akibat krisis financial global yang terjadi.
“Menurut kami, angka penggangguran akan mengalami lonjakan tajam pada awal tahun 2009. Kemungkinan angka tersebut akan mencapai 600 ribu pada tahun 2009 nanti,” ujar chief economist for the the Chartered Institute of Personnel and Development (CIPD) John Philpott seperti dikutip AFP, Selasa (30/12/2008).
Dia melanjutkan, sekitar satu juta orang akan kehilangan pekerjaannya sebelum perekonomian dapat bangkit setelah dihantam krisis ekonomi global. Untuk itu, Philpott menegaskan tiga bulan ke depan merupakan waktu terburuk dengan adanya PHK sejak 1991.
“Pada akhir tahun ini muncul pandangan skeptis, CIPD telah memperingatkan bahwa pada 2008 ini kemungkinan menjadi tahun terburuk bagi Inggris. Pada dekade ini dengan banyaknya PHK,” ujar John Philpott.
Hal ini ditandai dengan rentetan dari tingginya perusahaan-perusahaan yang bangkrut beberapa wakrtu terakhir ini, termasuk century-old toys hingga retail pakaian Woolworths, di mana lebih dari 800 tokonya tutup sebelum Natal dan sisanya akan ditutup pada minggu depan.
Dia melanjutkan, berdasarkan asumsi membaiknya ekonomi pada semester II-2009, PHK masih akan berlanjut hingga 2010. (rhs)

Stabilitas Harga Barang-Barang Pokok
Bagi negeri dengan perekonomian yang stabil seperti Inggris, kenaikan harga yang berarti inflasi, jarang menjadi pemberitaan. Karena, angkanya dari tahun ke tahun rendah, berkisar antara satu sampai dua persen. Artinya, misalnya harga susu satu liter, misalnya, selalu berkisar antara 60-80 sen.
Tetapi tahun ini sama seperti banyak tempat di dunia, karena meningkatnya harga minyak dunia dan harga komoditi, kebutuhan bahan pokok semakin mahal untuk dibeli.
Harga sayur brokoli misalnya naik 11 persen jika dibandingkan tahun lalu.
Harga daging termasuk daging sapi, naik 16 persen. Secara keseluruhan angka inflasi di Inggris bulan Agustus ini adalah 4.4 persen.
Mungkin tidak tinggi dibandingkan di banyak negara lain, namun ini dua kali lipat dibandingkan perkiraan sebelumnya.
Dalam beberapa bulan terakhir, hampir setiap hari muncul berita mengenai mahalnya barang-barang. Yang menarik adalah juga kemudian muncul berbagai artikel bagaimana caranya berhemat. Berbagai supermarket juga kemudian berusaha meringankan beban konsumen dengan berbagai promosi. Misalnya beli satu dapat satu gratis.
Atau bentuk lainnya, bila kita belanja sebanyak 50 poundsterling, kita akan mendapatkan pengurangan lima sen per liter bila membeli bensin di pom bensin milik supermarket tersebut.
kenaikan harga barang-barang ini memang mulai terasa. Sebelumnya, bisa berbelanja mingguan, untuk menghabiskan 50 poundsterling, sekitar 800 ribu rupiah, agak sulit.
Namun belakangan, rasanya baru membeli beberapa keperluan saja, sudah mencapai angka tersebut.
Tidak mengherankan pula bila supermarket dengan bahan-bahan murah yang selama ini dipandang sebelah mata oleh konsumen kebanyakan, mendapatkan peningkatan pengunjung.
Di Inggris, supermarket seperti Tesco, Sainsbury, Morrison atau Waitrose biasanya mendapatkan pengunjung rata-rata kelas menengah Inggris.
Di bawah mereka ada jaringan supermarket yang berasal dari Eropa seperti Aldi, Lidl atau NETO dimana harga-harga barang-barang mereka lebih murah, karena mereka tidak banyak menggunakan tenaga pekerja dan barang-barangnya tidak disusun rapi.
Sekarang, pengunjung ke supermarket yang dianggap kelas bawah ini meningkat 20 persen dalam beberapa bulan terakhir.
Setengah tahun lalu, rasanya warga Inggris masih disebut malu-malu kalau disebut harus berhemat atau membeli barang-barang lebih murah.
Namun dengan berjalannya waktu, istilah credit crunch, kira-kira himpitan ekonomi, hampir setiap hari menjadi pembicaraan.
Satu hal yang positif dari semua itu adalah kemudian sikap berhemat, sikap untuk tidak menghambur-hamburkan sesuatu, sikap untuk tidak hidup mewah gencar dipromosikan.
Dalam soal makanan, misalnya, Perdana Menteri Inggris Gordon Brown pernah mengatakan bahwa ya memang harga komoditi pokok dunia sekarang sedang tinggi-tingginya, tapi sebenarnya dari makanan yang dibeli oleh warga Inggris, hampir separuh diantaranya dibuang, entah karena busuk, tidak enak, atau terlalu banyak.
Hal lain juga adalah penghematan yang dilakukan pihak supermarket dalam memberikan kantong plastik gratis dan meminta konsumen membawa kantong sendiri dari rumah, akan sangat membantu lingkungan. Karena bahan-bahan yang terbuat dari plastik menjadi bahan polusi yang merusak lingkungan.
Beberapa pihak menyebut keadaan ekonomi sulit ini akan berlangsung sampai tahun depan, dengan angka inflasi masih akan naik, sebelum barangkali menurun di akhir tahun 2009.

Contoh kasus
Juru Masak Harus Pandai-Pandai Rekayasa Menu
Krisis bukan hanya memukul industri retail, tapi juga bisnis wisata dan hospitality seperti restoran. Mereka tertantang untuk menemukan kiat mengatasi kelesuan akibat warga Inggris yang lebih senang memilih tinggal di rumah.
LIBURAN Natal dan tahun baru kali ini terasa beda bagi warga Inggris. Kalau dulu mereka dikenal sebagai pelancong yang banyak memenuhi tempat-tempat wisata terbaik di dunia, krisis membuat mereka memilih tinggal di rumah. Bahkan, baru saat terjadi credit crunch sekarang ini ada istilah yang populer di kalangan masyarakat; staycation.
Dengan staycation, warga memilih –kalau pun mau ber-vacation atau berlibur– tetap di Inggris dan tidak ke luar negeri. Bahkan, dalam bentuk yang ekstrem, tetap tinggal (stay) di kota atau di rumah. Karena itu, meski travel agents (agen-agen wisata) memberikan iming-iming dengan menurunkan harga paket wisata ke luar negeri, warga tetap bergeming.
Di London, saat ini, Somerset House yang berada di pusat kota London menjadi tempat yang ramai dikunjungi warga kota. Anak-anak dan remaja mengisi liburan Natal dan tahun baru dengan bermain seluncur es di lapangan terbuka bangunan abad ke-18 yang pernah ditempati para raja-ratu Inggris. Kali ini, warga Inggris harus melupakan liburan ke tempat-tempat yang hangat saat negeri mereka didera musim dingin menggigil.
Seperti yang dilihat JPNN, beberapa kantor agen wisata terlihat sepi. Poster-poster dengan huruf berukuran besar berbunyi “January Sale” untuk wisata luar negeri tetap tidak membantu. Wisata ke Australia selama 17 hari yang sudah dibanting menjadi “hanya” 1.199 poundsterling atau sekitar Rp 19,5 juta, misalnya, sepi peminat.
Fenomena itu termasuk hal yang tidak biasa. Sebab, selama ini warga Inggris menganggap liburan minimal sekali dalam setahun bukan sebuah kemewahan. Ini sebagai keniscayaan atas kerja keras mereka mencari nafkah. “Anda bisa hidup tanpa membeli mobil baru atau lemari es paling modern. Tapi, liburan bukanlah kemewahan. Bahkan, itu menjadi hal terakhir untuk dicoret saat krisis ekonomi,” kata Malcolm Bell, direktur South West Tourism, sebuah kawasan wisata paling ramai di Inggris, kepada The Times.
Malcolm Bell adalah salah seorang yang getol mengajak warga Inggris untuk tetap berwisata, terutama staycation alias menjadi wisatawan domestik di negeri sendiri.
Selain memilih staycation, warga Inggris saat ini juga mengurangi makan di luar (restoran) dan lebih sering memasak sendiri di rumah. Bahkan, acara-acara keluar rumah, seperti nonton bareng di bioskop atau pergi ke bar, diganti dengan mengundang teman makan bersama di rumah. Hiburannya, main game bersama atau nonton DVD.
Sebuah survei oleh Halifax, perusahaan asuransi rumah, menyimpulkan bahwa credit crunch membuat 60 persen warga Inggris memilih tidak keluar rumah pada saat malam Minggu. “Mereka menghitung biaya transpor, makan, minum, hiburan, dan pengeluaran lain saat bermalam Minggu di luar rumah cukup tinggi sehingga warga memilih untuk stay in. (Sebagai gantinya) mereka mengundang teman atau tetangga ke rumah,” kata juru bicara Halifax.
Saat krisis ini membuat orang-orang Inggris tidak lagi royal membelanjakan uangnya. Hasil survei Halifax, 84 persen responden mengaku sekarang sangat berhati-hati dalam mengeluarkan uang dibanding sebelum krisis, serta 73 persen memilih membeli barang saat ada potongan harga. Bahkan, 15 persen responden memilih janjian pergi berbelanja bareng untuk menghemat BBM kendaraan.
Saat rakyat Inggris prihatin sehingga mengencangkan ikat pinggang seperti saat ini, para pejabat Inggris juga menjadi ekstra hati-hati. Mereka tak ingin dikesankan bermewah-mewah saat rakyatnya menderita. Karena itu, mereka pun memilih berlibur di dalam negeri alias staycation.
David Cameron, ketua Partai Konservatif di Inggris, misalnya, pada liburan lalu memilih berjalan-jalan tanpa sepatu di sepanjang Pantai Harlyn Bay, dekat Padstow, Cornwall, salah satu kawasan pantai terkenal di Inggris. Mengenakan celana pendek hitam dan T shirt berwarna biru, dia tampak menggandeng tangan istrinya, Samantha.
Penampilan tokoh partai oposisi itu dinilai unggul dalam apa yang disebut di satu media Inggris sebagai the battle of the beaches atau pertarungan citra di pantai. Sebab, pada saat yang sama, lawannya, Perdana Menteri Inggris Gordon Brown yang juga ketua Partai Buruh, dianggap kurang “merakyat”. Sebab, dia terlihat mengenakan jas (meski tanpa dasi) saat berlibur di Southwlod, Suffolk, pantai timur Inggris.
Seperti halnya selebriti, di Inggris segala aktivitas para politisi terus dipantau warga. Bukan hanya kebijakan atau pandangan politiknya, tapi sampai pada masalah pribadi, istri, dan anaknya. Misalnya, di mana anaknya sekolah, tempat mereka berlibur, hingga merek baju yang dikenakan.
Bedanya dengan selebriti, opini publik kepada politisinya itu kemudian diukur dalam survei (poll) sebagai prediksi popularitas di depan pemilih saat pemilu dilakukan. Dan pada musim liburan panas beberapa waktu lalu, arena pertarungan dua politisi itu berpindah dari Westminster (gedung Parlemen Inggris) ke pantai tempat mereka berlibur.
Penampilan santai David Cameron saat berlibur di Cornwall memang mendongkrak popularitasnya menjadi 20 persen. Namun, keunggulan itu tidak berlangsung lama. Sebab, setelah itu, dia melakukan kesalahan fatal, menikmati luxury holiday dengan menyewa kapal seharga 21 ribu poundsterling per minggu di sebuah pantai di Turki.
Tidak berhenti di Turki, David Cameron juga melanjutkan liburannya ke Georgia dengan menyewa jet pribadi. Meski pakai uang pribadi, politikus dari keluarga kaya itu dianggap hanya berpura-pura menampakkan kesederhanaan dalam liburan sebelumnya di Cornwall.
Anggota parlemen dari Partai Buruh, Denis MacShane, menganggap tindakan Cameron sebagai tidak pantas. “Ketika sebagian besar warga Inggris melakukan penghematan besar-besaran, dia malah dua kali berlibur,” katanya kepada Daily Mirror.
Dampak begitu ketatnya warga Inggris menyimpan dompet itu membuat banyak industri terpukul. Gaya hidup baru yang menyebut staying in is new going out (tinggal di rumah adalah pilihan baru pergi ke luar) membuat para pengusaha restoran ketir-ketir. Sebab, kelangsungan industri restoran atau hospitality industry itu sangat penting bagi ekonomi Inggris. Sebab, industri jasa bernilai 75 miliar poundsterling dan mampu menyerap hampir 2 juta tenaga kerja.
Berbagai kiat dilakukan. Misalnya, pemilik restoran meminta para juru masak melakukan “menu-engineering” alias mengakali menu agar bisa menekan pengeluaran sehingga harga jual bisa turun atau setidaknya tetap.
Pekerjaan rekayasa menu di restoran itu tidak gampang. Sebab, salah satu dampak krisis ekonomi tersebut adalah naiknya bahan-bahan makanan yang cukup signifikan. “Harga ikan naik 35 persen per kilogram.
Demikian pula daging. Harga 1 kilogram beras sudah 5,5 pound, bahkan bawang merah naik 400 persen,’’ kata Duncan Ackery, direktur utama Searcy, jaringan restoran yang besar di London. Restoran ini memiliki cabang di Galeri Tate, Barbican, Royal Opera House, Bath Pump Rooms, dan Gherkin.
Sadar atau tidak, kini pelanggan Searcy yang pesan steak, misalnya, dapat potongan yang lebih kecil daripada sebelum krisis. Seperti yang diakui Dunkan Ackery, juru masak mengurangi porsi makanan di restorannya untuk menekan harga. Selain itu, juga mengganti menu dengan bahan-bahan alternatif yang lebih murah untuk tetap bisa bertahan. ***

Kesimpulan
Inggris yang merupakan salah satu Negara yang ekonominya paling kuat, produk domestic bruto (PDB) berada di urutan terdepan di negara-negara Eropa. Proporsi pembuatan Inggris agak menurun dalam ekonomi nasional, sedangkan proporsi industri jasa dan energi semakin naik, khususnya indsutri bisnis, industri moneter dan industri asuransi mencapai perkembangan pesat. Pada tahun 2002, ekonomi Inggris nomor 4 terbesar di dunia, adalah negara investor nomor 2 terbesar di dunia. Perusahaan swasta adalah soko guru ekonomi Inggris yang mengambil 60 persen dalam PDBnya. Sumber daya Inggris cukup kaya di negara-negara Uni Eropa. Adalah negara produk minyak bumi dan gas alam yang utama di dunia. Sumber dayanya terutama adalah batu bara, minyak bumi, gas alam, tenaga atom dan tenaga air. Inggris yang merupakan Negara besar di dunia ternyata juga dapat terkena dampak krisis dunia yang sedang terjadi saat ini. Dimana pengangguran menjadi besar jumlahnya setelah krisis ekonomi global tersebut.

Saran
Pemerintah Inggris harus lebih maksimal dalam menanggapi krisis global saat ini. Terutama dalam menanggapi masalah pengangguran. Pemerintah inggris sebaiknya mengeluarkan kebijakan kebijakan ekonoi yang dapat menanggulangi seluruh dampak dari krisis global, sehingga Negara inggris tetap menjadi Negara yang ekonominya paling kuat di selurh dunia.

REFERENSI :
www.slideshare.net/.../kepentingan-inggris-dalam-menerapkan-sistem-ekonomi-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar