SEJARAH
PEREKONOMIAN INDONESIA PADA MASA ORDE LAMA,ORDE BARU DAN ORDE REFORMASI
Sejak
berdirinya Republik negara indonesia,hampir kurang lebih 68 tahun Indonesia
merdeka,tetapi menurut saya kondisi perekonomian Indonesia masih belum
sepenuhnya membaik ,memang sih menurut survey perekonomian indonesia sudah
mulai membaik tetapi yang saya lihat secara umum, masih terdapat ketimpangan
ekonomi, tingkat kemiskinan dan pengangguran masih kita saksikan di negeri ini,
serta pendapatan per kapita yang masih rendah,pendidikan juga masih banyak yang
rendah,masih banyak diantara kita yang belum mendapatkan pendidikan yang
layak,bahkan di daerah-daerah terpencil masih banyak anak-anak yang tidak bisa
mengenyam bangku sekolah karena masalah perekonomian mereka,dan juga sekarang ini yang semakin memperburuk
adalah korupsi sudah merajalela di indonesia,banyak pejabat-pejabat yang
memanfaatkan kedudukan dan jabatan untuk mengambil uang raknyat,contohnya
saja,kita setiap tahunnya disuruh bayar pajak,berapa banyak uang raknyat
indonesia yang telah di setorkan ke kantor pajak,tapi mereka para pejabat yang tidak
punya belas kasihan dengan seenaknya mengambil uang raknyat untuk kepentingan
pribadi mereka,bahkan untuk berfoya-foya tanpa memikirkan nasib raknyatnya.Kita
sebagai masa depan bangsa harus bisa memperbaiki perekonomian negara ini supaya
negara kita bisa maju dan sejahtera,sampai kapan negara kita akan seperti ini
kalau tidak ada yang peduli.
Jadi untuk dapat memperbaiki sistem perekonomian di
Indonesia, kita perlu mempelajari sejarah tentang perekonomian Indonesia dari
masa orde lama hingga masa reformasi. Dengan mempelajari sejarahnya, kita dapat mengetahui
kebijakan-kebijakan ekonomi apa saja yang sudah diambil pemerintah dan
bagaimana dampaknya terhadap perekonomian Indonesia serta dapat memberikan
kontribusi untuk mengatasi permasalah ekonomi yang ada.
Sistem perekonomian Indonesia dibagi menjadi 3 yaitu Pemerintahan pada masa
orde lama, orde baru, dan reformasi.Berikut penjelesannya:
Sejarah
Ekonomi - Ekonomi Indonesia di
bangun dari cerita sejarah ekonomi yang panjang, dari mulai masa pemerintahan
orde lama di mana negara Indonesia masih baru mulai melangkah menata kehidupan
dan ekonomi sampai di masa orde baru dan era reformasi. Di masa orde baru
perekonomian sangat sulit karena Indonesia baru merdeka dan mencoba menata
iklim ekonomi yang masih belum memiliki keteraturan yang baku. Tokoh ekonomi
Indonesia kala itu yakni Bung Hatta menekankan perekonomian kepada
suatu hal yang harus bisa mensejahterakan sesama. Konsep perekonomian beliau
dahulu adalah koperasi yang memiliki falsafah gotong royong dan kebersamaan.
Walaupun beliau sangat menganjurkan dan menyarankan konsep ekonomi koperasi, tetapi bukan berari konsep tersebut harus dipaksakan di semua masyarakat, karena di mata beliau memaksakan konsep ekonomi untuk di pakai semua masyarakat juga bukanlah ide yang baik karena bertantangan dengan makna dan filosofi yang terdapat dalam koperasi itu sendiri yang menjunjung tinggi kekeluargaan.
Walaupun beliau sangat menganjurkan dan menyarankan konsep ekonomi koperasi, tetapi bukan berari konsep tersebut harus dipaksakan di semua masyarakat, karena di mata beliau memaksakan konsep ekonomi untuk di pakai semua masyarakat juga bukanlah ide yang baik karena bertantangan dengan makna dan filosofi yang terdapat dalam koperasi itu sendiri yang menjunjung tinggi kekeluargaan.
Selain dari pada Bung Hatta, masih ada tokoh ekonomi lainnya yang aktif di masa pemerintahan orde baru,beliau adalah Sumitro Djojohadikusumo, yang terkenal saat pidato di negara Amerika pada tahun 1949 yang menyampaikan gagasan bahwa ekonomi Indonesia, adalah ekonomi campuran antra perekonomian sosialis dan kapitalis.
PEMERINTAHAN
MADA MASA ORDE LAMA
Pemerintahan pada masa orde lama dibagi menjadi tiga
yaitu:
a. Masa pasca Kemerdekaan (1945-1950)
Pada
masa awal kemerdekaan, keadaan ekonomi Indonesia sangat buruk, yang antara lain
disebabkan oleh :
1. Inflasi
yang sangat tinggi, hal ini disebabkan karena beredarnya lebih dari satu mata
uang secara tidak terkendali. Pada waktu itu, untuk sementara waktu pemerintah
RI menyatakan tiga mata uang yang berlaku di wilayah RI, yaitu mata uang De
Javashe Bank ,mata uang pemerintah Hindia Belanda,dan mata uang pendudukan
Jepang. Pada tanggal 6 Maret 1946, Panglima AFNEI (Allied Forces for
Netherlands East Indies/pasukan sekutu) mengumumkan berlakunya uang NICA di
daerah-daerah yang dikuasai sekutu. Pada bulan Oktober 1946, pemerintah RI juga
mengeluarkan uang kertas baru, yaitu ORI (Oeang Republik Indonesia) sebagai
pengganti uang Jepang. Berdasarkan teori moneter, banyaknya jumlah uang yang beredar
mempengaruhi kenaikan tingkat harga.
2. Adanya
blockade ekonomi oleh Belanda sejak bulan November 1945 untukmenutup pintu
perdagangan luar negeri RI.
3. Kas
Negara kosong
4. Eksploitasi
besar-besaran di masa penjajahan
Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan
ekonomi,antara lain :
1. Program Pinjaman Nasional dilaksanakan oleh menteri
keuangan IR. Surachman pada bulan Juli 1946.
2. Upaya menembus blockade dengan diplomasi beras ke
India (India merupakan Negara yang mengalami nasib yang sama dengan Indonesia
yaitu sama-sama pernah dijajah, Indonesia menawarkan bantuan berupa padi
sebanyak 500.000 ton dan India menyerahkan sejumlah obat-obatan kepada
Indonesia),mengadakan kontak dengan perusahaan swasta Amerika, dan menembus
blockade Belanda di Sumatera dengan tujuan ke Singapura dan Malaysia.
3. Konferensi Ekonomi Februari 1946 dengan tujuan
untuk memperoleh kesepakatan yang bulat dalam menanggulangi masalah-masalah
ekonomi yang mendesak, yaitu : masalah produksi dan distribusi makanan, masalah
sandang, serta status dan administrasi perkebunan-perkebunan.
4. .Pembentukan Planning Board (Badan Perancang
Ekonomi) 19 Januari 1947
Rekonstruksi dan Rasionalisasi Angkatan Perang (Rera) 1948, mengalihkan tenaga bekas angkatan perang ke bidang-bidang produktif.
Rekonstruksi dan Rasionalisasi Angkatan Perang (Rera) 1948, mengalihkan tenaga bekas angkatan perang ke bidang-bidang produktif.
5. Kasimo Plan yang intinya mengenai usaha swasembada
pangan dengan beberapa petunjuk pelaksanaan yang praktis. Dengan swasembada
pangan, diharapkan perekonomian akan membaik (mengikuti Mazhab Fisiokrat :
sektor pertanian merupakan sumber kekayaan).
b. Masa Demokrasi Liberal (1950-1957)
Permasalah ekonomi yang dihadai oleh bangsa Indonesia
masih sama seperti sebelumnya. Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengatasi
masalah ekonomi, antara lain :
1. Program
Benteng (Kabinet Natsir), yaitu upaya menumbuhkan wiraswastawan pribumi dan
mendorong importir nasional agar bisa bersaing dengan perusahaan impor asing
dengan membatasi impor barang tertentu dan memberikan lisensi impornya hanya
pada importir pribumi serta memberikan kredit pada perusahaan-perusahaan
pribumi agar nantinya dapat berpartisipasi dalam perkembangan ekonomi nasional.
Namun usaha ini gagal, karena sifat pengusaha pribumi yang cenderung konsumtif
dan tak bisa bersaing dengan pengusaha non-pribumi.
2. Pada
kabinet ini untuk pertama kalinya terumuskan suatu perencanaan pembangunan yang
disebut Rencana Urgensi Perekonomian (RUP)
3. Nasionalisasi
De Javasche Bank menjadi Bank Indonesia pada 15 Desember 1951 lewat UU no.24 th
1951 dengan fungsi sebagai bank sentral dan bank sirkulasi. (Kabinet Sukiman)
4. Sistem
ekonomi Ali (kabinet Ali Sastroamijoyo I) yang diprakarsai Mr Iskak
Cokrohadisuryo, yaitu penggalangan kerjasama antara pengusaha cina dan
pengusaha pribumi. Pengusaha non-pribumi diwajibkan memberikan latihan-latihan
pada pengusaha pribumi, dan pemerintah menyediakan kredit dan lisensi bagi
usaha-usaha swasta nasional. Program ini tidak berjalan dengan baik, karena
pengusaha pribumi kurang berpengalaman, sehingga hanya dijadikan alat untuk
mendapatkan bantuan kredit dari pemerintah. (Kabinet ini sangat melindungi
importer pribumi, sangat berkeinginan mengubah perekonomian dari struktur
colonial menjadi nasional)
5. Pembatalan
sepihak atas hasil-hasil Konferensi Meja Bundar, termasuk pembubaran Uni
Indonesia-Belanda. Akibatnya banyak pengusaha Belanda yang menjual
perusahaannya sedangkan pengusaha-pengusaha pribumi belum bisa mengambil alih
perusahaan-perusahaan tersebut.(Kabinet Burnahudin)
c. Masa Demokrasi Terpimpin (1959-1967)
Sebagai akibat dari dekrit presiden 5 Juli 1959, maka
Indonesia menjalankan sistem demokrasi terpimpin dan struktur ekonomi Indonesia
menjurus pada sistem etatisme (segala-galanya diatur oleh pemerintah). Dengan
sistem ini, diharapkan akan membawa pada kemakmuran bersama dan persamaan dalam
sosial, politik,dan ekonomi. Akan tetapi, kebijakan-kebijakan ekonomi yang
diambil pemerintah di masa ini belum mampu memperbaiki keadaan ekonomi
Indonesia, antara lain :
1. Devaluasi
yang diumumkan pada 25 Agustus 1959 menurunkan nilai uang sebagai berikut :Uang
kertas pecahan Rp 500 menjadi Rp 50, uang kertas pecahan Rp 1000 menjadi Rp
100, dan semua simpanan di bank yang melebihi 25.000 dibekukan.
2. Pembentukan
Deklarasi Ekonomi (Dekon) untuk mencapai tahap ekonomi sosialis Indonesia
dengan cara terpimpin. Dalam pelaksanaannya justru mengakibatkan stagnasi bagi
perekonomian Indonesia. Bahkan pada 1961-1962 harga barang-baranga naik 400%.
3. Devaluasi
yang dilakukan pada 13 Desember 1965 menjadikan uang senilai Rp 1000 menjadi Rp
1. Sehingga uang rupiah baru mestinya dihargai 1000 kali lipat uang rupiah
lama, tapi di masyarakat uang rupiah baru hanya dihargai 10 kali lipat lebih
tinggi. Maka tindakan pemerintah untuk menekan angka inflasi ini malah
meningkatkan angka inflasi.
PEMERINTAHAN
MASA ORDE BARU
Prioritas yang dilakukan adalah pengendalian inflasi
dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Modal asing mulai masuk sehingga
industrialisasi mulai dikerjakan dan Rencana Pembangunan Lima Tahun (REPELITA)
yang pertama dibuat tahun 1968. Pada tahun 1970-an dan awal 1980-an harga minyak
bumi melonjak tinggi di pasar dunia sehingga Orde Baru mampu membangun dan
mengendalikan inflasi serta membuat pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi.
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak membuat
rakyatnya bebas dari kemiskinan dikarenakan pertumbuhan ekonomi yang hanya
dinikmati segelintir orang saja. Dampak negatif kondisi ekonomi Indonesia pada
masa Orde Baru antara lain :
1.
Ketergantungan terhadap Minyak dan Gas Bumi (Migas)
2. Migas merupakan salah satu sumber pendapatan utama
bagi anggaran belanja negara. Jadi harga Migas sangat berpengaruh bagi
pendapatan negara sehingga turunnya harga minyak mengakibatkan menurunnya
pendapatan negara.
3. Ketergantungan
terhadap Bantuan Luar Negeri
4. Akibat berkurangnya pendapatan dari Migas, pemerintah
melakukan penjadualan kembali proyek – proyek pembangunan yang ada, terutama
yang menggunakan valuta asing. Mengusahakan peningkatan ekspor komoditi non
migas dan terakhir meminta peningkatan pinjaman luar negeri kepada negara –
negara maju. Tahun 1983, Indonesia negara ketujuh terbesar dalam jumlah hutang
dan tahun 1987 naik ke peringkat keempat. Ironisnya, di tahun 1986/87, sebanyak
81% hutang yang diperoleh untuk membayar hutang lama ditambah bunganya.
Akhir 1970-an, proses pembangunan di Indonesia
mengalami “non market failure” sehingga banyak kerepotan dalam proses
pembangunan, misalnya merebaknya kemiskinan dan meluasnya kesenjangan
pendapatan, terutama disebabkan oleh “market failure”.
Mendekati pertengahan 1980-an, terjadi kegagalan
pemerintah (lembaga non pasar) dalam menyesuaikan mekanisme kinerjanya terhadap
dinamika pasar. Ekonomi Indonesia menghadapi tantangan berat akibat kemerosotan
penerimaan devisa dari ekspor minyak bumi pada awal 1980-an. Kebijakan
pembangunan Indonesia yang diambil dikenal dengan sebutan “structural
adjustment” dimana ada 4 jenis kebijakan penyesuaian sebagai berikut :
a. Program stabilisasi jangka pendek atau kebijakan
manajemen permintaan dalam bentuk kebijakan fiskal, moneter dan nilai tukar
mata uang dengan tujuan menurunkan tingkat permintaan agregat. Dalam hal ini
pemerintah melakukan berbagai kebijakan mengurangi defisit APBN dengan memotong
atau menghapus berbagai subsidi, menaikkan suku bunga uang (kebijakan uang
ketat) demi mengendalikan inflasi, mempertahankan nilai tukar yang realistik
(terutama melalui devaluasi September 1986).
b.
Kebijakan struktural demi peningkatan output melalui
peningkatan efisiensi dan alokasi sumber daya dengan cara mengurangi distorsi
akibat pengendalian harga, pajak, subsidi dan berbagai hambatan perdagangan,
tarif maupun non tarif. Kebijakan “Paknov 1988” yang menghapus monopoli impor
untuk beberapa produk baja dan bahan baku penting lain, telah mendorong
mekanisme pasar berfungsi efektif pada saat itu.
c. Kebijakan peningkatan kapasitas produktif ekonomi
melalui penggalakan tabungan dan investasi. Perbaikan tabungan pemerintah
melalui reformasi fiskal, meningkatkan tabungan masyarakat melalui reformasi
sektor finansial dan menggalakkan investasi dengan cara memberi insentif dan
melonggarkan pembatasan.
d.
Kebijakan menciptakan lingkungan legal yang bisa
mendorong agar mekanisme pasar beroperasi efektif termasuk jaminan hak milik
dan berbagai tindakan pendukungnya seperti reformasi hukum dan peraturan,
aturan main yang menjamin kompetisi bebas dan berbagai program yang
memungkinkan lingkungan seperti itu.
Dampak dari kebijakan tersebut cukup meyakinkan
terhadap ekonomi makro, seperti investasi asing terus meningkat, sumber
pendapatan bertambah dari perbaikan sistem pajak, produktivitas industri yang
mendukung ekspor non-migas juga meningkat. Namun hutang Indonesia
membengkak menjadi US$ 70,9 milyar Hutang inilah sebagai salah satu faktor
penyebab Pemerintahan Orde Baru runtuh. Pemerintahan Orde Baru membangun
ekonomi hanya berorientasi pada pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan
pengendalian inflasi tanpa memperhatikan pondasi ekonomi yang memberikan dampak
sebagai berikut:
- Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) bangsa Indonesia, sebagai salah satu faktor produksi, tidak disiapkan untuk mendukung proses industrialisasi.
- Barang – barang impor (berasal dari luar negeri) lebih banyak digunakan sebagai bahan baku dalam proses industri sehingga industri Indonesia sangat bergantung pada barang impor tersebut.
- Pembangunan tidak didistribusikan merata ke seluruh wilayah Indonesia dan ke seluruh rakyat Indonesia sehingga hanya sedikit elit politik dan birokrat serta pengusaha – pengusaha Cina yang dekat dengan kekuasaan saja yang menikmati hasil pembangunan.
PEMERINTAHAN
REFORMASI
Pemerintahan
reformasi diawali pada tahun 1998. Peristiwa ini dipelopori oleh ribuan
mahasiswa yang berdemo menuntut presiden Soeharto untuk turun dari jabatannya
dikarenakan pemerintahan Bapak Soerhato dianggap telah banyak merugikan Negara
dan banyak yang melakukan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN).Tahun 1998
merupakan tahun terberat bagi pembangunan ekonomi di Indonesia sebagai akibat
krisis moneter di Asia yang dampaknya sangat terasa di Indonesia. Nilai rupiah
yang semula 1 US$ senilai Rp. 2.000,- menjadi sekitar Rp. 10.000,- bahkan
mencapai Rp. 12.000,- (5 kali lipat penurunan nilai rupiah terhadap dolar).
Artinya, nilai Rp. 1.000.000,- sebelum tahun 1998 senilai dengan 500 US$ namun
setelah tahun 1998 menjadi hanya 100 US$. Hutang Negara Indonesia yang jatuh
tempo saat itu dan harus dibayar dalam bentuk dolar, membengkak menjadi lima
kali lipatnya karena uang yang dimiliki berbentuk rupiah dan harus dibayar
dalam bentuk dolar Amerika. Ditambah lagi dengan hutang swasta yang kemudian
harus dibayar Negara Indonesia sebagai syarat untuk mendapat pinjaman dari
International Monetary Fund (IMF). Tercatat hutang Indonesia membengkak menjadi
US$ 70,9 milyar (US$20 milyar adalah hutang komersial swasta). Pemerintahan
reformasi dari tahun 1998 sampai sekarang sudah mengalami beberapa pergantian
presiden, antara lain yaitu:
1.
Bapak
B.J Habibie (21 Mei 1998 – 20 Oktober 1999)
Pada
saat pemerintahan presdiden B.J Habibie yang mengawali masa reformasi belum
melakukan perubahan-perubahan yang cukup berarti di bidang ekonomi.
Kebijakan-kebijakannya diutamakan untuk menstabilkan keadaan politik di
Indonesia. Presiden B.J Habibie jatuh dari pemerintahannya karena melepaskan
wilayah Timor-timor dari Wilayah Indonesia melalui jejak pendapat.
2.
Bapak
Abdurrahman Wahid (20 Oktober 1999-23 Juli 2001)
Pada
masa kepemimpinan presiden Abdurrahman wahid pun belum ada tindakan yang cukup
berati untuk menyelamatkan Indonesia dari keterpurukan. Kepemimpinan Abdurraman
Wahid berakhir karena pemerintahannya mengahadapi masalah konflik antar etnis
dan antar agama.
3.
Ibu
Megawati (23 Juli 2001-20 Oktober 2004)
Masa
kepemimpinan Megawati mengalami masalah-masalah yang mendesak yang harus
diselesaikan yaitu pemulihan ekonomi dan penegakan hokum. Kebijakan-kebijakan
yang ditempuh untuk mengatasai persoalan-persoalan ekonomi antara lain :
a. Meminta
penundaan pembayaran utang sebesar US$ 5,8 milyar pada pertemuan Paris Club
ke-3 dan mengalokasikan pembayaran utang luar negeri sebesar Rp 116.3 triliun
b. Kebijakan
privatisasi BUMN. Privatisasi adalah menjual perusahaan negara di dalam periode
krisis dengan tujuan melindungi perusahaan negara dari intervensi
kekuatan-kekuatan politik dan mengurangi beban negara. Hasil penjualan itu
berhasil menaikkan pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 4,1 %. Namun kebijakan
ini memicu banyak kontroversi, karena BUMN yang diprivatisasi dijual ke
perusahaan asing. Megawati bermaksud mengambil jalan tengah dengan menjual
beberapa asset Negara untuk membayar hutang luar negeri. Akan tetapi, hutang
Negara tetap saja menggelembung karena pemasukan Negara dari berbagai asset
telah hilang dan pendapatan Negara menjadi sangat berkurang.
4.
Bapak
Susilo Bambang Yudhoyono (20 Oktober 2004-sekarang)
Masa
kepemimpinan SBY terdapat kebijakan yang sikapnya kontroversial yaitu:
a. mengurangi
subsidi BBM atau dengan kata lain menaikkan harga BBM. Kebijakan ini dilatarbelakangi
oleh naiknya harga minyak dunia. Anggaran subsidi BBM dialihkan ke sector
pendidikan dan kesehatan, serta bidang-bidang yang mendukung kesejahteraan
masyarakat.
b. Kebijakan
kontroversial pertama itu menimbulkan kebijakan kontroversial kedua, yakni
Bantuan Langsung Tunai (BLT) bagi masyarakat miskin. Kebanyakan BLT tidak
sampai ke tangan yang berhak, dan pembagiannya menimbulkan berbagai masalah
sosial.
c. Mengandalkan
pembangunan infrastruktur massal untuk mendorong pertumbuhan ekonomi serta
mengundang investor asing dengan janji memperbaiki iklim investasi. Salah
satunya adalah diadakannya Indonesian Infrastructure Summit pada bulan November
2006 lalu, yang mempertemukan para investor dengan kepala-kepaladaerah.
Investasi merupakan faktor utama untuk menentukan kesempatan kerja. Mungkin ini
mendasari kebijakan pemerintah yang selalu ditujukan untuk memberi kemudahan
bagi investor, terutama investor asing, yang salah satunya adalah revisi
undang-undang ketenagakerjaan. Jika semakin banyak investasi asing di
Indonesia, diharapkan jumlah kesempatan kerja juga akan bertambah.
d. Lembaga
kenegaraan KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) yang dijalankan pada pemerintahan
SBY mampu memberantas para koruptor tetapi masih tertinggal jauh dari jangkauan
sebelumnya karena SBY menerapkan sistem Soft Law bukan Hard Law. Artinya SBY
tidak menindak tegas orang-orang yang melakukan KKN sehingga banyak terjadi
money politic dan koruptor-koruptor tidak akan jera dan banyak yang
mengulanginya. Dilihat dari semua itu Negara dapat dirugikan secara
besar-besaran dan sampai saat ini perekonomian Negara tidak stabil.
e. Program
konversi bahan bakar minyak ke bahan bakar gas dikarenakan persediaan bahan
bakar minyak semakin menipis dan harga di pasaran tinggi.
f. Kebijakan impor beras, tetapi kebijakan ini membuat
para petani menjerit karena harga gabah menjadi anjlok atau turun drastis
Pada
tahun 2006 Indonesia melunasi seluruh sisa hutang pada IMF (International Monetary Fund). Dengan
ini, maka diharapkan Indonesia tak lagi mengikuti agenda-agenda IMF dalam
menentukan kebijakan dalam negeri. Namun wacana untuk berhutang lagi pada luar
negri kembali mencuat, setelah keluarnya laporan bahwa kesenjangan ekonomi
antara penduduk kaya dan miskin menajam, dan jumlah penduduk miskin meningkat
dari 35,10 jiwa di bulan Februari 2005 menjadi 39,05 juta jiwa pada bulan Maret
2006. Hal ini disebabkan karena beberapa hal, antara lain karena pengucuran
kredit perbankan ke sektor riil masih sangat kurang (perbankan lebih suka
menyimpan dana di SBI), sehingga kinerja sektor riil kurang dan berimbas pada
turunnya investasi. Pengeluaran Negara pun juga semakin membengkak dikarenakan
sering terjadinya bencana alam yang menimpa negeri ini.
KESIMPULAN :
Kondisi perekonomian Indonesia dari masa lalu sampai masa sekarang selalu
mengalami perubahan,hal itu sesuai pada pihak atau pimpinan yang memegang
kekuasaan ada saat itu.
Jadi, menurut saya perekonomian Indonesia sejak
pemerintahan masa orde lama hingga masa reformasi masih mengalami beberapa
gejolak. Perekonomian Indonesia masih jatuh bangun. Hal itu dapat dilihat dari
:
1. Kemiskinan
yang masih ada
2. Pengangguran
tingkat tinggi dikarenakan jumlah lapangan pekerjaan yang tersedia tidak sebanding dengan jumlah angkatan kerja
3. Kriminalitas
masih kita saksikan dimana-mana
4. di
daerah terpencil masih banyak anak-anak yang tidak bisa sekolah karenah
kekurangan ekonomi.
5. Maraknya
para koruptor karena hukum di negeri ini kurang tegas (Indonesia termasuk dalam 5 terbesar Negara terkorup
didunia)
6. masih
terjadi kesenjangan ekonomi antara penduduk yang miskin dan yang kaya.
7. Masih
memiliki hutang diluar negeri.
Gambar :
Para pemimpin dari masa orde baru sampai orde
reformasi
REFERENSI :
- Dumairy, Perekonomian Indonesia, Erlangga,
Jakarta, 1996.
-http://www.bimbingan.org/sistem-ekonomi-indonesia-pada-masa-dulu-sampai-sekarang.htm